Yogyakarta, 15 November 2024 – Bimbingan karir di sekolah vokasi terus menjadi sorotan penting dalam upaya mempersiapkan lulusan yang siap bersaing di dunia kerja. Di tengah kebutuhan industri yang terus berkembang, para pendidik dan konselor vokasional di Indonesia kini lebih fokus pada bimbingan karir yang strategis untuk membantu siswa membuat keputusan karir yang tepat.
Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), jumlah lulusan vokasi meningkat setiap tahun, namun tantangan dalam menemukan pekerjaan sesuai keahlian masih tinggi. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman siswa mengenai pilihan karir yang tersedia dan keterkaitan dengan minat serta keterampilan mereka.
Guna menjawab tantangan ini, beberapa sekolah vokasi mulai menerapkan model bimbingan karir berbasis CASVE, yang mencakup lima langkah: Communication, Analysis, Synthesis, Valuing, dan Execution. Model ini terbukti efektif dalam memandu siswa untuk secara sistematis mengenali pilihan karir yang sesuai dengan kemampuan dan minat pribadi serta kebutuhan industri.
Menurut Dr. Rina Pratiwi, pakar pendidikan vokasional, pendekatan CASVE membantu siswa dalam mengklarifikasi tujuan karir mereka. “Tahap komunikasi memungkinkan siswa memahami kebutuhan dan pilihan yang ada. Kemudian, melalui analisis, mereka belajar mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, sementara tahap sintesis dan valuasi memandu mereka menyusun alternatif dan mengevaluasi pilihan berdasarkan nilai dan tujuan pribadi,” jelasnya.
Implementasi CASVE di beberapa sekolah vokasi menunjukkan hasil positif. Di SMK Negeri 1 Wirosari, Jawa Tengah, misalnya, 80% siswa yang mengikuti program bimbingan ini berhasil memilih jalur karir yang sesuai setelah lulus. Beberapa lulusan memilih untuk melanjutkan studi, sementara yang lain segera memasuki dunia kerja sesuai keahlian mereka.
Bagi pemerintah, pengembangan program bimbingan karir dengan model seperti CASVE dinilai sebagai langkah penting untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia. Selain itu, sekolah-sekolah vokasi didorong untuk berkolaborasi lebih erat dengan industri agar para lulusan lebih mudah mendapatkan akses kerja yang relevan.
“Dengan CASVE, kami ingin memastikan setiap lulusan memahami pilihan karir mereka dan mampu mengambil langkah konkret menuju pekerjaan yang sesuai,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Vokasi, Budi Hartanto. Di era yang penuh perubahan ini, lanjutnya, bimbingan karir yang tepat adalah kunci untuk menyiapkan generasi muda menghadapi dunia kerja yang dinamis.
Bimbingan karir yang efektif di sekolah vokasi diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran bagi lulusan dan meningkatkan kualitas tenaga kerja di Indonesia. Melalui implementasi CASVE, para siswa diajak untuk lebih mengenali kemampuan diri serta mencocokkan kompetensi yang dimiliki dengan kebutuhan industri yang terus berkembang. Hal ini penting mengingat banyak lulusan vokasi yang merasa kurang siap menghadapi persaingan di dunia kerja.
Meskipun demikian, implementasi CASVE bukan tanpa tantangan. Salah satunya adalah kurangnya konselor karir yang memahami pendekatan CASVE secara mendalam. “Banyak sekolah masih kekurangan tenaga pendidik dan konselor yang terlatih untuk melakukan bimbingan karir secara terstruktur,” kata Agus Salim, Ketua Forum Pendidikan Vokasi Nasional. Selain itu, masih ada keterbatasan pada akses data pasar kerja yang mutakhir, yang seharusnya menjadi acuan dalam memberikan informasi karir yang relevan bagi para siswa.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah bekerja sama dengan sektor swasta guna meningkatkan akses bimbingan karir di sekolah-sekolah vokasi, baik melalui pelatihan guru maupun penyediaan data tenaga kerja yang akurat. Dalam beberapa waktu ke depan, rencananya Kemendikbudristek juga akan meluncurkan portal karir terintegrasi yang bisa diakses langsung oleh siswa dan konselor, berisi informasi lengkap tentang tren karir dan industri.
Dengan bimbingan karir yang baik dan dukungan dari pemerintah, diharapkan lulusan vokasi mampu menentukan jalur karir yang sesuai dengan keahlian mereka dan lebih percaya diri dalam memasuki dunia kerja. Inisiatif seperti CASVE dinilai sebagai langkah konkret untuk menjembatani pendidikan vokasional dengan kebutuhan pasar kerja, sekaligus mempersiapkan generasi muda yang lebih siap dan mandiri dalam menghadapi tantangan global.
Melalui pendekatan CASVE, siswa vokasi tidak hanya dibimbing untuk mengenal pilihan karir yang sesuai, tetapi juga didorong untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan mengambil keputusan. Dalam era digital ini, pemahaman siswa tentang dinamika pasar kerja dan bagaimana beradaptasi dengan perubahan menjadi semakin penting. Program bimbingan berbasis CASVE ini membantu siswa mengasah kemampuan analisis dan evaluasi sehingga mereka lebih siap dalam menghadapi tantangan karir, baik di dalam negeri maupun di pasar kerja internasional.
Di sisi lain, beberapa sekolah vokasi telah mengembangkan program Career Day dan pelatihan khusus yang melibatkan alumni dan profesional industri. Acara-acara seperti ini memberikan wawasan langsung kepada siswa tentang pekerjaan dan industri yang sebenarnya, sekaligus memperluas jaringan profesional mereka. Pendekatan praktis ini melengkapi tahapan CASVE, terutama dalam tahap Execution, di mana siswa mulai menyiapkan dokumen seperti CV, mengikuti wawancara kerja, atau menjalani magang sebagai bagian dari persiapan karir.
Namun, agar pendekatan CASVE dapat memberikan hasil maksimal, dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan. Kolaborasi antara sekolah vokasi, pemerintah, dan dunia usaha sangat penting dalam memastikan relevansi kurikulum dan bimbingan karir yang diterapkan. Selain itu, keterlibatan orang tua juga dapat mempengaruhi kesuksesan program ini. Orang tua perlu diberi pemahaman tentang pentingnya mendukung pilihan karir yang didasari pada minat dan kompetensi anak, bukan semata-mata faktor eksternal seperti status pekerjaan atau gaji.
Pakar pendidikan vokasi optimis bahwa program bimbingan karir yang berbasis pada model CASVE akan memberikan dampak positif bagi generasi muda Indonesia. “Jika diterapkan dengan baik, CASVE dapat mengarahkan lulusan vokasi untuk mengambil keputusan yang lebih terukur dan sesuai dengan kebutuhan pasar,” kata Dr. Rina Pratiwi. “Program ini adalah langkah maju untuk menciptakan lulusan vokasi yang tidak hanya memiliki keterampilan teknis, tetapi juga kesiapan mental dan emosional dalam memilih dan menjalani karir yang sesuai.”
Dengan perhatian lebih pada bimbingan karir di sekolah vokasi, Indonesia diharapkan akan mampu mencetak tenaga kerja yang berkompeten dan relevan dengan kebutuhan industri, sekaligus menekan angka pengangguran di kalangan lulusan muda. Model CASVE menjadi salah satu pendekatan strategis untuk menjawab tantangan ini, membantu siswa vokasi dalam perjalanan mereka menuju masa depan yang lebih cerah dan stabil.
Yoga Sahria